Penulis : Wanra Siman
Ugang Sayu - Dalam Pangunraun (Bahasa asli Dayak Ma'anyan) sering disebut "Ugang Sayu sumur jawa uneng piandrusan anak sima walu".
Diceritakan sebelumnya ada dua orang pemburu bernama ETTEN dan PA WARAN yang berasal dari daerah Siong Telang (Sekarang Kecamatan Paju Epat, Kebupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah). mereka datang dengan menaiki perahu/jukung melewati sungai karambas tampulangit ke bangkuang kecamantan karau kuala, lalu menyusuri sungai karau melewati daerah pelantau, ketab, tangkilung, dan masuk ke sungai raren di bambulung kecamatan pematang karau barito timur.
Lanjur berminggu - minggu akhirnya mereka berhenti di daerah Datah (Muara sungai ranu mahilak), dan disanalah mereka mulai berladang dan menanam pohon beberapa jenis buah buahan. dan sampai saat ini bila anda tiba atau ada perjalanan di daerah Datah (Muara sungai ranu mahilak) maka disan anda akan menemukan masih ada pohon buah buahan seperti cempedak, asam, durian atau atei tungen dan pohon buah lainnya yang merupakan bukti dari bekas perladangan kedua orang tersebut.
Beberapa waktu menetap di daerah Datah, karena buruan sudah mulai berkurang, mereka berburu ke arah timur sekitar jarak tempuh 7 KM, dan di daerah ini mereka menemukan lahan yang mereka anggap cocok untuk hidup menentap. Lalu mereka pindah dari daerah Datah dan menetap di daerah ini (Sekarang desa ugang sayu), karena suku dayak memang suku penyandang istilah peladang berpindah pindah, waktu itu tepatnya musim gugur sekitar tahun 1937.
Selang waktu beberapa tahun kemudian, dua orang ini bertemu dengan seorang dayak lawangan yang bernama MARAKIT, berasal dari bipak kali. Lalu mereka hidup rukun berdampingan satu hamparan, sebagai bukti sampai saat ini masyarakat desa ugang sayu masih mengenal atau mengetahui adanya sekumpulan tanaman pohon buah (Dalam bahasa dayak ma'anyan disebut pulau) milik PA WARAN yang terletak di belakang rumah Pak Sakura (RT. 003 Desa Ugang Sayu) dan ada juga milik ETTEN (PA SATI) tepat dibelakang rumah Pak Kariano (RT. 001 Desa Ugang Sayu) dan ada juga sungai MARAKIT di samping rumah Pak Bias Layar (RT. 001 Desa Ugang Sayu)
Empat tahun kemudian di daerah ini (Desa Ugang Sayu) tepatnya zaman barijing / perintisan jalan banyak menyerap tenaga kerja, disana sini ada bipak (kemah) kalau istilah sekarang kantor petinggi / mandor dan dulu disebut WEREK BAS (200M kearah utara) dari simpang gagutur / termasuk wilayah Desa Gagutur. Disamping hal hal tersebut diatas, ada lagi bipak (kemah) yang letaknya persis di simpang jalan TK / Gang Pelajar I. Bipak (kemah) tersebut merupakan Bipak (kemah) induk, maka di Bipak (kemah) tersebut semua sarana / perlalatan lengkap. dari tempat tidur, alat alat masak bahkan juru masak / tukang masak pun ada. juru masak / tukang masak tersebut bernama SAYUTI (Orang Jawa).
Pada saat itu terjadilah kemarau panjang, hingga sangat kesulitan untuk mendapatkan air. jangankan untuk mandi, untuk masakpun sulit, SAYUTI merasa sangat kesulitan untuk melaksanakan tanggung jawabnya sebagai juru masak / tukang masak.
Maka sebagai jalan terakhir dengan bekal keyakinan SAYUTI menggali sebuah sumur dengan menggunakan sebilah pisau / lading dapur. dan kenyaatan SAYUTI berhasil membuatkan sebuah sumur (dalam bahasa dayak ma'anyan disebut UGANG). dan sumur tersebut bisa menampung air yang cukup bahkan memenuhi untuk kebutuhan mandi, cuci minum, memasak karyawan dan lain sebagainya untuk kegiatan proyek barijing / perintisan jalan bahkan untuk masyrakat yang ada di tempat tersebut.
Beberapa hari setelah itu, SAYUTI bermimpi datang 8 (delapan ) orang anak kecil dam mandi di sumur tersebut dan melepari SAYUTI dengan tanah liar dari galian sumur tersebut. SAYUTI terbangun dari mimpinya, dan besok SAYUTI mengalami sakit keras.
Karena SAYUTI menceritakan mimpinya kepada pengawas / pemimpin proyek, maka mereka tidak membawa SAYUTI berobat secara medis. mereka mendatangi PA WARAN DAN ETTEN (PA SATI) untuk meminta pendapat. dan atas penerawangan PA WARAN si SAYUTI terkena gangguna SIMA (Makhluk Halus) karena telah membuat sumur di ulu hungei (kepala sungai) yang merupakan tempat / kediaman SIMA (Makhluk Halus ) untuk pengobatan SAYUTI, SAYUTI dan orang yang memakai air dari sumur wajib memberikan sasajen untuk mengormati bangsa SIMA (makhuk halus) penghuni tempat tersebut. dan kegiatan tersebut masih dilaksanakan setiap tahun oleh tetua tetua desa sebagai wujud penghormatan terhadap makhluk yang tidak terlihat penghuni sumur tersebut. dan sumur tersebut sampai sekarang masih sangat bermanfaat bagi masyarakat Desa Ugang Sayu, apabila terjadi kemarau masyarakat dari sekitarpun mengambil air dari sumur tersebut.
Dan untuk mengenang jasa SAYUTI maka atas kesepakatan PA WARAN, ETTEN dan masyarakat lainnya menamai daerah tersebut menjadi UGANG SAYU SUMUR JAWA UNENG PAANDRUSAN ANAK SIMA WALU atau disingkat UGANG SAYU (Ugang dalam bahasa ma'anyan artinya SUMUR dan Sayu merupakan nama panggilan dari SAYUTI).
Untuk menjaga dan memelihara sumur tersebut agar tetap bermanfaat bagi orang banyak, maka atas kesepakatan masyarakat Desa Ugang Sayu menetapkan Bapak WANRA SIMAN sebagai penjaga Situs / Juru kunci situs "UGANG SAYU" SK dari Desa telampir.
Demikian Sejarah singkat Situs "UGANG SAYU" di Desa Ugang Sayu berdasarkan cerita /tuturan dari orang tua.
Nara Sumber :
- Bapak Kompi. A (Penjaga Situs Balai Adat "Imanapa" Ugang Sayu)
- Alm. Bapak Riwen Usup (Mantan Penghulu Adat Desa Ugang Sayu)
- Alm .Bapak Dudin s, Ginun (Mantat Kaur Desa Ugang Sayu)